Kata Peduli
berarti memperhatikan atau menghiraukan sesuatu, Kepedulian berarti sikap untuk
memperhatikan sesuatu. Kepedulian sosial berarti sikap memperhatikan atau
menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota masyarakat). Kepedulian sosial
yang dimaksud bukan berarti mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih ke
membantu orang lain tersebut menyelesaikan permasalahannya dengan tujuan kebaikan
dan kedamaian.
Kepedulian sosial
merupakan tema penting dari sekian banyak tema-tema dalam al-Qur'an. Dalam
surat Al-Baqarah ayat 177 Allah berfirman:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.” (QS:Al Baqarah: 177).
Jadi disini jelas
bahwa dalam Islam bahkan semua agama pun mewajibkan umatnya untuk memiliki rasa
kepedulian sosial. Wajar saja, kita hidup di dunia ini tidak sendirian, kita
pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain, begitu pula sebaliknya. Akhir-akhir ini, banyak orang-orang
atau kelompok masyarakat yang menjalankan program kepedulian sosial. Hal
tersebut diwujudkan dengan pengobatan gratis, donor darah, sumbangan sembako
dan lain-lain. Terlepas dari tujuan kepedulian social tersebut entah untuk
kampanye, promosi, dan sebagainya, perwujudan nyata kepedulian social lebih
banyak memberi dampak positif pada masyarakat.
Kita,
sebagai calon punggawa keuangan Negara, seharusnya memiliki sikap kepedulian
social terhadap masyarakat sekitar karena bagaimana pun, masyarakat kurang
mampu selalu membutuhkan kita. Ya, kalau belum bisa membantu paling tidak kita
bisa menjadi tempat bercerita mengenai keluh kesah perekonomian mereka.
Ironisnya, remaja sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan laptop,
bersenang-senang, hedonisme, dan mereka kurang peduli terhadap lingkungan
sekitar. Padahal, kalau kita peka, banyak sekali orang-orang yang
sehari-harinya untuk makan saja susah.
Kegiatan
kepedulian social yang pernah saya lakukan yaitu mengajar lapak di suatu
perkampungan yang kecil dan kumuh di belakang perumahan Pondok Jaya. Itu memang
bukan inisiatif saya sendiri melainkan program dari Himpunan Mahasiswa
Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (HIMA PPLN) bidang pendidikan. Kami
mengajar anak-anak disana seminggu sekali setiap hari minggu. Anak-anak disana
kebanyakan duduk di TK sampai kelas 6 SD. Mereka sangat bersemangat saat kami
dating, walaupun ada beberapa anak yang kurang bersemangat karena tidak bisa
bermain di hari libur mungkin.
Kami
membagi mereka sesuai dengan kelas mereka yaitu : pra sekolah dengan TK, Kelas
1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, kelas 5 sendiri, lalu kelas 6 dipisah
karena akan menghadapi ujian. Kadang-kadang kami kesulitan dalam menghandle
mereka, maklum jumlah kami kalah banyak dengan mereka, satu orang mengajar 6
atau 7 orang dan yang mereka tanyakan berbeda-beda. Kelas yang saya handle biasanya kelas 1 dan
kelas 2. Mereka kebanyakan masih ingin bermain-main, sulit membujuk mereka
untuk membuka buku. Tapi ada seorang anak laki-laki yang membuat saya kagum
karena kemauan belajarnya sangat tinggi, saya lupa namanya.
Kami
memang belum tahu apa pekerjaan orang tua mereka, tapi perkampungan yang kecil
dan kumuh itu mungkin sudah menceritakan segalanya. Terlepas dari kesulitan
yang kami hadapi untuk mengajar mereka, kami senang bisa membantu mereka,
bahkan sebagian ibu-ibu disana mengharapkan kita untuk datang lebih sering.
Mungkin ini hanya masalah waktu luang saja, kebanyakan dari kami luang di akhir
pekan, itu pun pengajar yang datang hanya 7 sampai 10 orang. Namun, saya rasa
jumlah kami sudah cukup kalau kita full team.
Kepedulian
sosial lain yang pernah saya lakukan adalah ketika saya dalam perjalanan di Bus
Transjakarta, saya melihat ada ibu-ibu yang menggendong bayi tidak mendapatkan
tempat duduk, saya memang tidak langsung bangkit menawarkan tempat duduk saya,
tetapi melihat sekeliling saya tidak ada yang hendak bangkit, saya pun berdiri dan
merelakan tempat duduk saya untuk ibu itu dan ibu tersebut mengucapkan
terimakasih. Saya berdiri cukup lama, tetapi tak lama kemudian teman saya
menawarkan tempat duduknya untuk saya, jadi kami bergantian berdiri dan duduk.
Itu bisa disebut kepedulian sosial secara berkelompok karena teman saya juga
berkorban tempat duduk.
Itulah
pengalaman saya melakukan kegiatan kepedulian sosial, mungkin ini bukan
inisiatif saya, tapi setidaknya saya bisa ikut serta di dalamnya dan membantu
meringankan beban sesama manusia. Hal tersebut membuat saya bisa melihat ke
bawah lebih sering, karena di bawah masih banyak manusia yang membutuhkan
uluran tangan kita. Suatu saat saya harap saya bisa melakukan kegiatan
kepedulian social atas inisiatif saya sendiri. Sebenarnya, kepedulian social
dalam hal yang kecil pun bisa kita lakukan, contohnya : menjenguk teman yang
sakit, memberi sedekah pada pengemis, menyerahkan tempat duduk saat ada lansia/
ibu hamil di angkutan umum, mengumpulkan botol-botol bekas dan memberikannya
dengan cuma-cuma ke pemulung saat bertemu, dan masih banyak lagi. Satu yang
harus selalu kita ingat, kita tidak pernah sendiri, kita selalu membutuhkan
orang lain, kapan pun dan dimanapun itu, maka dari itu sikap kepedulian social
sangatlah penting.