Tuesday 16 September 2014

Kepedulian Sosial

Kata Peduli berarti memperhatikan atau menghiraukan sesuatu, Kepedulian berarti sikap untuk memperhatikan sesuatu. Kepedulian sosial berarti sikap memperhatikan atau menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota masyarakat). Kepedulian sosial yang dimaksud bukan berarti mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih ke membantu orang lain tersebut menyelesaikan permasalahannya dengan tujuan kebaikan dan kedamaian.
Kepedulian sosial merupakan tema penting dari sekian banyak tema-tema dalam al-Qur'an. Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 Allah berfirman:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS:Al Baqarah: 177).
Jadi disini jelas bahwa dalam Islam bahkan semua agama pun mewajibkan umatnya untuk memiliki rasa kepedulian sosial. Wajar saja, kita hidup di dunia ini tidak sendirian, kita pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain, begitu pula sebaliknya. Akhir-akhir ini, banyak orang-orang atau kelompok masyarakat yang menjalankan program kepedulian sosial. Hal tersebut diwujudkan dengan pengobatan gratis, donor darah, sumbangan sembako dan lain-lain. Terlepas dari tujuan kepedulian social tersebut entah untuk kampanye, promosi, dan sebagainya, perwujudan nyata kepedulian social lebih banyak memberi dampak positif pada masyarakat.
            Kita, sebagai calon punggawa keuangan Negara, seharusnya memiliki sikap kepedulian social terhadap masyarakat sekitar karena bagaimana pun, masyarakat kurang mampu selalu membutuhkan kita. Ya, kalau belum bisa membantu paling tidak kita bisa menjadi tempat bercerita mengenai keluh kesah perekonomian mereka. Ironisnya, remaja sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan laptop, bersenang-senang, hedonisme, dan mereka kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Padahal, kalau kita peka, banyak sekali orang-orang yang sehari-harinya untuk makan saja susah.
            Kegiatan kepedulian social yang pernah saya lakukan yaitu mengajar lapak di suatu perkampungan yang kecil dan kumuh di belakang perumahan Pondok Jaya. Itu memang bukan inisiatif saya sendiri melainkan program dari Himpunan Mahasiswa Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (HIMA PPLN) bidang pendidikan. Kami mengajar anak-anak disana seminggu sekali setiap hari minggu. Anak-anak disana kebanyakan duduk di TK sampai kelas 6 SD. Mereka sangat bersemangat saat kami dating, walaupun ada beberapa anak yang kurang bersemangat karena tidak bisa bermain di hari libur mungkin.
            Kami membagi mereka sesuai dengan kelas mereka yaitu : pra sekolah dengan TK, Kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, kelas 5 sendiri, lalu kelas 6 dipisah karena akan menghadapi ujian. Kadang-kadang kami kesulitan dalam menghandle mereka, maklum jumlah kami kalah banyak dengan mereka, satu orang mengajar 6 atau 7 orang dan yang mereka tanyakan berbeda-beda.  Kelas yang saya handle biasanya kelas 1 dan kelas 2. Mereka kebanyakan masih ingin bermain-main, sulit membujuk mereka untuk membuka buku. Tapi ada seorang anak laki-laki yang membuat saya kagum karena kemauan belajarnya sangat tinggi, saya lupa namanya.
            Kami memang belum tahu apa pekerjaan orang tua mereka, tapi perkampungan yang kecil dan kumuh itu mungkin sudah menceritakan segalanya. Terlepas dari kesulitan yang kami hadapi untuk mengajar mereka, kami senang bisa membantu mereka, bahkan sebagian ibu-ibu disana mengharapkan kita untuk datang lebih sering. Mungkin ini hanya masalah waktu luang saja, kebanyakan dari kami luang di akhir pekan, itu pun pengajar yang datang hanya 7 sampai 10 orang. Namun, saya rasa jumlah kami sudah cukup kalau kita full team.
            Kepedulian sosial lain yang pernah saya lakukan adalah ketika saya dalam perjalanan di Bus Transjakarta, saya melihat ada ibu-ibu yang menggendong bayi tidak mendapatkan tempat duduk, saya memang tidak langsung bangkit menawarkan tempat duduk saya, tetapi melihat sekeliling saya tidak ada yang hendak bangkit, saya pun berdiri dan merelakan tempat duduk saya untuk ibu itu dan ibu tersebut mengucapkan terimakasih. Saya berdiri cukup lama, tetapi tak lama kemudian teman saya menawarkan tempat duduknya untuk saya, jadi kami bergantian berdiri dan duduk. Itu bisa disebut kepedulian sosial secara berkelompok karena teman saya juga berkorban tempat duduk.
            Itulah pengalaman saya melakukan kegiatan kepedulian sosial, mungkin ini bukan inisiatif saya, tapi setidaknya saya bisa ikut serta di dalamnya dan membantu meringankan beban sesama manusia. Hal tersebut membuat saya bisa melihat ke bawah lebih sering, karena di bawah masih banyak manusia yang membutuhkan uluran tangan kita. Suatu saat saya harap saya bisa melakukan kegiatan kepedulian social atas inisiatif saya sendiri. Sebenarnya, kepedulian social dalam hal yang kecil pun bisa kita lakukan, contohnya : menjenguk teman yang sakit, memberi sedekah pada pengemis, menyerahkan tempat duduk saat ada lansia/ ibu hamil di angkutan umum, mengumpulkan botol-botol bekas dan memberikannya dengan cuma-cuma ke pemulung saat bertemu, dan masih banyak lagi. Satu yang harus selalu kita ingat, kita tidak pernah sendiri, kita selalu membutuhkan orang lain, kapan pun dan dimanapun itu, maka dari itu sikap kepedulian social sangatlah penting.